TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PUASA
![]() |
|||||
![]() |
![]() |
||||
Nama : Avelia Kartika Sari
Kelas : VIII H
No. Absen : 03
SMP NEGERI 3 PEMALANG
Jln. Gatot Subroto Pemalang
A. PENGERTIAN
PUASA
Puasa secara bahasa artinya menahan dari sesuatu. Adapun secara istilah syar’i
artinya menahan diri dari makan, minum, dan dari segala pembatal puasa yang
disertai dengan niat dari mulai terbitnya fajar shadiq hingga terbenamnya
matahari.
B. SYARAT
SAH PUASA
Syarat sah orang melaksanakan ibadah puasa
yaitu :
1.
Baligh
Puasa tidak diwajibkan ke atas orang yang belum
baligh walau bagaimanapun, kanak-kanak digalakkan berpuasa apabila mereka
mencapai umur 7 tahun jika mereka berdaya. Kanak-kanak yang berumur 10 juga
boleh dipukul (mengajar, bukan mendera) jika meninggalkan puasa.
2.
Islam
Puasa orang kafir adalah
tidak sah. Walau bagaimanapun, mereka akan tetap dihukum di akhirat kerana
meninggalkannya, memandangkan mereka juga disuruh menunaikan cabang-cabang
tuntutan syari'at. Orang murtad yang telah kembali kepada Islam juga hendaklah
mengqada semula puasa yang telah ditinggalkannya.
3.
Masuk bulan Ramadhan
Tidak wajib puasa Ramadhan jika tidak sabit (masuknya)
bulan Ramadhan, malahan puasanya itu tidak sah.
4.
Berpuasa pada Hari-hari yang Sah
Puasa
Terdapat beberapa hari
yang tidak harus berpuasa, contohnya hari raya. Jika ada yang berpuasa maka
puasanya itu tidak sah. Sah puasa tapi berdosa.
5.
Suci dari haid dan nifas
Tidak sah puasa orang
yang haid atau nifas. Jika mereka berpuasa, maka mereka akan dikenakan dosa. Wajib
ke atas mereka mengqadakan hari-hari yang ditinggalkan. Jika haid dan nifas
berlaku sebelum matahari terbenam walaupun sekejap (ketika mereka berpuasa),
maka rosaklah puasa tersebut dan wajib diqada'kannya dan tidak dikenakan fidyah
ke atas kedua-dua mereka. Jika haid terputus pada malam hari sedangkan dia
berpuasa, jika diniatkan puasa sebelum naiknya fajar walaupun dia
melambat-lambatkan mandi hingga naik fajar, maka puasanya masih sah. Jika dia
didatangi haid atau nifas pada siang hari Ramadhan, maka: wajib dia menahan diri sehingga ke
penghujung hari sebagai menghormati kemuliaan bulan puasa, Tidak wajib dia
menahan diri, Tidak wajib tetapi sunat berbuat demikian
6. Berakal
C. RUKUN-RUKUN
PUASA
Dari
pengertian puasa secara istilah (syar’i) tercermin bahwa ia memiliki dua rukun
yang sangat asasi, keduanya itu adalah :
1. Manahan
diri dari segala pembatal puasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya
matahari. Dalil rukun ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“Maka sekarang campurilah mereka
dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga
terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (al-Baqarah: 187).
putih itu siang, hitam itu malam.àDan yang dimaukan dengan ‘benang putih dan benang hitam’ adalah
putih itu siang, hitam itu malam.àDan yang dimaukan dengan ‘benang putih dan benang hitam’ adalah
2. Niat, yang berpuasa tersebut
memaksudkan tatkala menahan diri dari segala mufthirot (pembatal puasa)
tersebut ibadah kepada Alloh ‘Azza wa Jalla. Dengan adanya niat terbedakanlah
antara amal yang dimaksudkan untuk ibadah dari selainnya. Dan dengan niat pula
terbedakan antara ibadah yang satu dengan yang lainnya.
Orang yang berpuasa dengan puasanya tersebut memaksudkan apakah ia berpuasa Ramadhan atau selainnya; dari berbagai macam puasa.
Orang yang berpuasa dengan puasanya tersebut memaksudkan apakah ia berpuasa Ramadhan atau selainnya; dari berbagai macam puasa.
Dalil rukun ini sebagaimana
sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا
لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Suatu amal
tergantung pada niat-niatnya, dan bagi setiap orang sesuai dengan yang dia niatkan.”
(HR. Bukhari No. 1, Muslim No. 1907)
D.
MACAM-MACAM PUASA
1) Puasa wajib
Yang Termasuk kedalam puasa wajib ini diantaranya :
a. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan adalah puasa wajib yang dikerjakan bagi setiap muslim pada
bulan Ramadhan selama sebulan penuh. Allah
SWT berfirman yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agara kamu bertaqwa. (Q.S. Al-Baqarah[2]: 183).
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agara kamu bertaqwa. (Q.S. Al-Baqarah[2]: 183).
Puasa Ramadhan juga termasuk dalam rukun Islam, sebagaimana tersebut dalam
hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a:
“Didirikan agama Islam itu atas lima dasar yaitu bersaksi bahwa tiada
sesembahan melainkan Allah dan Nabi Muhammada adalah utusan Allah, mendirikan
shalat lima waktu, mengeluarkan zakat, puasa bulan Ramadhan dan melaksanakan
haji ke Baitullah bagi yang mampu jalannya” (H.R. Bukhari dan Muslim).
b. Puasa Nadzar
b. Puasa Nadzar
Nadzar secara bahasa berarti janji. Puasa nadzar adalah puasa yang
disebabkan karena janji seseorang untuk mengerjakan puasa. Misalkan, Rudi
berjanji jika nanti naik kelas 9 ia akan berpuasa 3 hari berturut-turut, maka
apabila Rudi benar-benar naik kelas ia wajib mengerjakan puasa 3 hari berturut-turut
yang ia janjikan itu. Berkaitan dengan puasa nadzar, Rasulullah saw pernah
bersabda:
Barangsiapa bernadzar akan mentaati Allah (mengerjakan perintahnya), maka hendaklah ia kerjakan. (H.R. Bukhari)
Barangsiapa bernadzar akan mentaati Allah (mengerjakan perintahnya), maka hendaklah ia kerjakan. (H.R. Bukhari)
c. Puasa Kafarat
Kafarat berasal dari kata dasar kafara yang artinya menutupi sesuatu. Puasa
kafarat secara istilah artinya adalah puasa untuk mengganti denda yang wajib ditunaikan
yang disebabkan oleh suatu perbuatan dosa, yang bertujuan menutup dosa tersebut
sehingga tidak ada lagi pengaruh dosa yang diperbuat tersebut, baik di dunia
maupun di akhirat.
2) Puasa Sunnah
a. Puasa
enam hari di bulan Syawal
Baik
dilakukan secara berturutan ataupun tidak. Rasulullah saw bersabda, yang
artinya: Keutamaan puasa romadhon yang diiringi puasa Syawal ialah seperti
orang yang berpuasa selama setahun (HR. Muslim).
b. Puasa
sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah
Yang
dimaksud adalah puasa di sembilan hari yang pertama dari bulan ini, tidak
termasuk hari yang ke-10. Karena hari ke-10 adalah hari raya kurban dan
diharamkan untuk berpuasa.
c. Puasa
hari Arafah
Yaitu puasa
pada hari ke-9 bulan Dzuhijjah. Keutamaannya, akan dihapuskan dosa-dosa pada
tahun lalu dan dosa-dosa pada tahun yang akan datang (HR. Muslim). Yang
dimaksud dengan dosa-dosa di sini adalah khusus untuk dosa-dosa kecil, karena
dosa besar hanya bisa dihapus dengan jalan bertaubat.
d. Puasa
Muharrom
Yaitu puasa
pada bulan Muharram terutama pada hari Assyuro’. Keutamaannya puasa ini,
sebagaimana disebutkan dalam hadist riwayat Bukhari, yakni puasa di bulan ini
adalah puasa yang paling utama setelah puasa bulan Romadhon.
e. Puasa Assyuro’
Hari
Assyuro’ adalah hari ke-10 dari bulan Muharram. Nabi shalallahu ‘alaihi
wasssalam memerintahkan umatnya untuk berpuasa pada hari Assyuro’ ini dan
mengiringinya dengan puasa 1 hari sebelum atau sesudahnhya. Hal ini bertujuan
untuk menyelisihi umat Yahudi dan Nasrani yang hanya berpuasa pada hari ke-10.
Keutamaan: akan dihapus dosa-dosa (kecil) di tahun sebelumnya (HR. Muslim).
f. Puasa Sya’ban
Yang
dimaksud puasa Sya’ban adalah memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban. Keutamaan:
Bulan ini adalah bulan di mana semua amal diangkat kepada Rabb semesta alam
(HR. An-Nasa’i & Abu Daud, hasan).
g. Puasa Senin dan Kamis
Nabi telah
menyuruh ummatnya untuk puasa pada hari Senin dan Kamis. Hari Senin adalah hari
kelahiran Nabi Muhammad sedangkan hari Kamis adalah hari di mana ayat Al-Qur’an
untuk pertama kalinya diturunkan. Perihal hari Senin dan Kamis, Rasulullah juga
telah bersabda:
“Amal perbuatan itu diperiksa pada setiap hari Senin dan Kamis, maka saya senang diperiksa amal perbuatanku, sedangkan saya sedang berpuasa. (HR Tirmidzi)
“Amal perbuatan itu diperiksa pada setiap hari Senin dan Kamis, maka saya senang diperiksa amal perbuatanku, sedangkan saya sedang berpuasa. (HR Tirmidzi)
h. Puasa Tengah Bulan (tiga hari setiap bulan
Qamariyah)
Disunnahkan
untuk melakukannya pada hari-hari putih (Ayyaamul Bidh) yaitu tanggal 13, 14,
dan 15 setiap bulan qamariyah.
i.
Puasa Dawud
Cara mengerjakan puasa nabi Dawud
adalah dengan sehari puasa sehari tidak puasa, atau selang-seling. Puasa
nabi Dawud adalah puasa yang paling disukali oleh Allah swt. (HR.
Bukhari-Muslim).
3)
Puasa Makruh
Kapan puasa hukumnya makruh? Puasa
yang makruh dilakukan adalah puasa pada hari Jumat dan Sabtu yang tidak
bermaksud mengqadha’ Ramadhan, membayar nadzar atau kafarat, atau tidak
diniatkan untuk puasa sunnah tertentu. Jadi seseorang yang puasa pada hari
Jumat atau Sabtu dengan niat mengqadha’ puasa Ramadhan tidak termasuk puasa
makruh.
Misal tanggal 9 Dzulhijjah jatuh pada hari Sabtu maka puasa hari Sabtu pada waktu itu menjadi puasa sunnah bukan makruh. Ada pendapat lain yang lebih keras bahkan menyatakan bahwa puasa pada hari Jumat tergolong puasa haram jika dilakukan tanpa didahului hari sebelum atau sesudahya.
4) Puasa Haram
Misal tanggal 9 Dzulhijjah jatuh pada hari Sabtu maka puasa hari Sabtu pada waktu itu menjadi puasa sunnah bukan makruh. Ada pendapat lain yang lebih keras bahkan menyatakan bahwa puasa pada hari Jumat tergolong puasa haram jika dilakukan tanpa didahului hari sebelum atau sesudahya.
4) Puasa Haram
Ada puasa pada waktu tertentu yang
hukumnya haram dilakukan, baik karena waktunya atau karena kondisi pelakukanya.
a. Hari Raya
Idul Fitri
Tanggal 1 Syawwal telah ditetapkan
sebagai hari raya sakral umat Islam. Hari itu adalah hari kemenangan yang harus
dirayakan dengan bergembira. Karena itu syariat telah mengatur bahwa di hari
itu tidak diperkenankan seseorang untuk berpuasa sampai pada tingkat haram.
Meski tidak ada yang bisa dimakan, paling tidak harus membatalkan puasanya atau
tidak berniat untuk puasa.
b. Hari Raya
Idul Adha
Hal yang sama juga pada tanggal 10
Zulhijjah sebagai Hari Raya kedua bagi umat Islam. Hari itu diharamkan untuk
berpuasa dan umat Islam disunnahkan untuk menyembelih hewan Qurban dan
membagikannya kepada fakir msikin dan kerabat serta keluarga. Agar semuanya
bisa ikut merasakan kegembiraan dengan menyantap hewan qurban itu dan merayakan
hari besar.
c. Hari Tasyrik
Hari tasyrik adalah tanggal 11, 12
dan 13 bulan Zulhijjah. Pada tiga hari itu umat Islam masih dalam suasana
perayaan hari Raya Idul Adha sehingga masih diharamkan untuk berpuasa. Pada tiga
hari itu masih dibolehkan untuk menyembelih hewan qurban sebagai ibadah yang
disunnahkan sejak zaman nabi Ibrahim as.
d. Puasa
sepanjang tahun / selamanya
Diharamkan bagi seseorang untuk
berpuasa terus setiap hari. Meski dia sanggup untuk mengerjakannya karena
memang tubuhnya kuat. Tetapi secara syar`i puasa seperti itu dilarang oleh
Islam.
E. HIKMAH PUASA
1.
Sarana mensyukuri nikmat. Puasa adalah menahan diri dari makan, minum dan
berhubungan badan. Ini adalah kenikmatan tertinggi, karena dengan menahan diri
dari menikmati nikmat tersebut pada waktu tertentu akan membuatnya mengetahui
nilai nikmat tersebut. Karena kenikmatan sesuatu yang tidak diketahui
(nilainya), dan baru diketahui kalau dia hilang . Maka hal itu akan membantunya
untuk memenuhi haknya dengan mensyukurinya.
2.
Sarana untuk meninggalkan sesuatu yang haram. Karena jika jiwa mampu diarahkan
untuk menahan dari yang halal demi mengharap ridha dan takut akan pedihnya
siksaan. Maka, dia akan lebih mampu lagi diarahkan untuk menahan dari yang
haram. Maka berpuasa adalah sebab untuk menahan diri dari sesuatu yang
diharamkan Allah.
3.
Mengalahkan hawa nafsu. Karena jiwa ini kalau kenyang, dia akan mengangankan
syahwat, tapi kalau lapar akan menahan apa yang diinginkan. Oleh karena itu
Nabi sallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: “Wahai para pemuda! Siapa yang sudah memiliki
kemampuan (biologis maupun bekal materi), maka (bersegerahlah) menikah. Karena
hal itu dapat menahan pandangan dan menjaga kemaluan. Sedangkan bagi yang belum
mampu (menikah), hendaklah dia berpuasa, karena hal itu (menjadi) benteng
baginya.” (HR. Bukhari, no. 5066, Muslim, no. 1400)
4.
Menumbuhkan sifat kasih sayang terhadap orang miskin. Karena orang yang
berpuasa ketika merasakan beratnya lapar beberapa saat, dia akan teringat orang
yang merasakan kondisi seperti ini sepanjang waktu, sehingga dia
bersegera menyantuni, menyayangi dan berbuat baik kepadanya. Sehingga puasa
menjadi sebab menyayangi orang miskin.
5.
Mengalahkan setan dan melemahkannya. Maka kekuatannya membisikkan (keburukan)
kepada manusia melemah sehingga potensi kemaksiatannya berkurang. Karena setan
masuk ke tubuh Anak Aadam lewat pembuluh darah, Sebagaimana di sabdakan Nabi sallallahu
’alaihi wa sallam. Maka dengan puasa, tempat masuk setan akan menyempit dan
akhirnya melemahkan dan mengurangi gerakannya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
berkata dalam kitab Majmu’ Fatawa, 25/246: "Tidak diragukan lagi
bahwa darah bersumber dari makanan dan minuman. Jika seseorang makan atau
minum, maka jalan masuk bagi setan –yaitu darah- akan semakin luas, dan kalau
dia berpuasa, jalan masuk setan akan menyempit. Akibatnya jiwa akan memiliki
kekuatan melakukan kebaikan dan meninggalkan kemunkaran."
6.
Melatih diri untuk muroqabatullah (merasa di awasi oleh Allah). Sehingga
dia meninggalkan (kemaksiatan) yang diinginkan meskipun dia mampu
(melaksanakannya), karena dia menyadari bahwa Allah melihatnya.
7.
Menumbuhkan sifat zuhud terhadap dunia dan syahwatnya, serta pengharapan
(dengan kebaikan yang ada) di sisi Allah Ta’ala.
8.
Membiasakan seorang mukmin banyak (melakukan) ketaatan, karena orang yang
berpuasa umumnya banyak melakukan ketaatan, sehingga akhirnya menjadi terbiasa.
E.
FIDYAH PUASA
Hukum
membayar fidyah adalah WAJIB. Dengan membayar fidyah tidak bermaksud mereka
tidak perlu lagi menggantikan puasanya kerana puasa tersebut tetap wajib
digantikan mengikut bilangan hari yang telah ditinggalkannya. Bagi pembayaran
melalui Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan (MAIWP), hasil bayaran fidyah
akan dimasukkan ke dalam akaun Amanah Fidyah dan Kaffarah Majlis Agama Islam
Wilayah Persekutuan sebelum urusan pengagihan kepada fakir miskin dalam bentuk
beras dan bekalan makanan dilaksanakan. Hukum membayar fidyah adalah wajib. Ia
wajib disempurnakan mengikut bilangan hari yang ditinggalkan. Ia juga menjadi
satu tanggungan (hutang) kepada Allah SWT sekiranya tidak dilaksanakan. Perkiraan
dan bayaran fidyah boleh dibuat di Baitulmal Bangunan Daruzzakah secara tunai
atau melalui cek/pos berdaftar atas nama MAJLIS AGAMA ISLAM WILAYAH PERSEKUTUAN.
Kadar bayaran fidyah berubah mengikut harga yang ditetapkan oleh pemerintah di
sesuatu tempat. Pengiraan kadar fidyah berdasarkan kadar harga beras (makanan
asasi penduduk). Beras fidyah tersebut hendaklah diagihkan kepada fakir atau
miskin.
ü Sebab-sebab
Dikenakan Fidyah
1. Uzur
menunaikan puasa wajib : Terdiri daripada golongan yang menghidapi sakit kuat dan tidak mempunyai
harapan untuk sembuh, atau golongan tua yang tidak mampu berpuasa atau
kedua-duanya sekali.
2. Perempuan
hamil : Dengan
syarat dibimbangi akan keselamatan ke atas bayi yang dikandungnya seperti
dikhuatiri berlaku keguguran. Golongan ini dikenakan membayar fidyah dan juga
menggantikan (qada’) puasa yang ditinggalkan.
3. Ibu yang
menyusukan Anak : Dengan
syarat ibu yang merasa bimbang akan memudharatkan bayi yang disusuinya seperti
kurang air susu atau menjejaskan kesihatan bayinya itu. Maka baginya
menggantikan puasa yang ditinggalkan serta membayar fidyah.
4. Orang
yang telah meninggal dunia : Hutang puasa bagi mereka yang telah meninggal dunia
hendaklah disempurnakan bayaran fidyahnya oleh waris-warisnya mengikut bilangan
hari yang ditinggalkan sebelum pembahagian pusaka dibuat.
5.
Melambatkan Ganti Puasa (Qada’) : Mereka yang melambatkan ganti puasanya hingga telah melangkah
tahun yang berikutnya (bulan Ramadhan), dikenakan denda membayar fidyah dan
juga wajib menggantikan (qada’) puasa yang ditinggalkan. Bayaran fidyah akan
berganda mengikut jumlah tahun-tahun yang ditinggalkan.
ü Kadar
Bayaran Fidyah
Kadar bayaran fidyah bagi satu hari
puasa yang ditinggalkan ialah satu cupak beras yang boleh dibuat zakat fitrah
(1/4 gantang Baghdad). Dalam bentuk nilaian, berdasarkan kepada kadar yang
ditetapkan oleh Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan, secupak beras bersamaan
dengan 567.5 gram dinilai dengan kadar RM1.75. Contoh: Jika seseorang
meninggalkan puasa selama 3 hari dan tidak menggantikan puasanya sehingga 3
kali bulan Ramadhan, maka kadar fidyahnya ialah: RM1.75 (1 cupak) X 3 hari X 3
tahun = RM15.7